Rabu, 05 Desember 2012

Hakikat IPS

Hakikat Pendidikan IPS
Pengertian pendidikan IPS
1. istilah IPS dan Pendidikan IPS
Istilah IPS di indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebangai hasil kesepakatan komunikasi akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, Geografi, dan Ekonomiserta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS ini sejajar dengan nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat IPA sebagai integrasi dari mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika. Menurut Somantri, penggunaan istilah IPS dan IPA dimaksud untuk membedakannya dengan nama –nama disiplin ilmu di universitas.
Ciri khas IPS dan IPA sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan , karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, dalam perkembangannya muncul berbagai pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik seperti student’s centered, integrated approach, social problem based approach, broadfield approach, dan sebagainya.
Istilah pendidikan IPS atau PIPS merupakan istilah yang sejajar dengan istilah pendidikan IPA. Menurut Prof. Nu’man Somantri, istilah ini dalah penengasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa dibedakan dengan pendidikan  pada tingkat universitas. Dalam lingkup filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial, dan ilmu pendidikan, istilah pendidkan IPS sebelum dikenal baik sebagai subdisiplin ilmu atau cabang dari disiplin ilmu.
Istilah yang digunakan untuk social studies yang berlaku di Australia (Victoria) berbeda dengan istilah yang digunakan dinegara-negara lain seperti Inggris dan Amerika Serikat. Studi sosial di Australia secara eksplisit memasukkan istilah ‘environment’. Istilah ini menunjuk pada sistem lingkungan , baik alam maupun manusia dan bagaimana sistem itu berinteraksi dalam kehidupan masyarakat yang beragam.
2. perkembangan Pengertian IPS (Social Studies)
    Uraian yang cukup lengkap tentang perkembangan pengertian Social Studies sejak kelahirannya kelahirannya terdapat dalam buku karya Saxe (1991). Menurut Saxe, pengertian PIPS yang dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah Social Studies, pada tahap awal kelahiran terdapat dalam the National Herbart Society papers of 1896-1897, yang menegaskan bahwa upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogik. Selanjutnya pengertian ini menjadi dasar dalam dokumen “Statement  of the chairman  of committee on Social  Studies” yang dikeluarkan oleh Committee on Social Studies (CSS) tahun 1913.
    Pada tahun 1921, berdirilah “National Council for the Social Studies” (NCSS), sebuah organisasi profesional yang secara khusus membina dan mengembangkan Social Studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan. Pada waktu berdirinya, NCSS hanya mengklaim sebagai organisasi yang akan “memaksimalkan hasil-hasil pendidikan bagi tujuan-tujuan kewarganegaraan “ yang sudah dicapai oleh CSS sebelumnya. Baru setelah 14 tahun kemudian NCSS mengeluarkan karya berbasis intelektual-keilmuan. Pada pertemuan pertama tahun 1935, lahirlah kesepakatan yang dikeluarkan NSCC dengan menengaskan bahwa “Social Sciences as the Core of the Curiculum”.
3. Pengertian pendidikan IPS dalam konteks Indonesia
    Pendidikan IPS di indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat IPS sebangai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Gagasan IPS di indonesia pun banyak mengadobsi dan mengadabtasi dari sejumlah pemikiran perkembangan Social Studies yang terjadi di luar negeri terutama pada perkembagan NCSS  sebagai organisasi profesional yang cukup besar pengaruhnya daam memajukan Social Studies bahkan sudah mampu mempengaruhi pemerintah dalam menetukan kebijakan kurikulum persekolahan.
    Pendidkan IPS adalah penyederhanaan atau adabtasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorgaisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. (Somantri, 2001:92)
    Pengetian pendidikan IPS yang pertama berlaku untuk pendidkan dasar dan menengah sedangkan yang kedua berlaku untuk penguruan tinggi atau LPTK. Perbedaan dari dua definisi ini terletak pada istilah “penyederhanaan” untuk pendidikan dasar dan menengah sedangkan untuk perguruan tinggi ada istilah “seleksi”. Menurut somantri, istilah penyederhanaan digunakan pada PIPS pendidkan dasar dan menengah dimaksud untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik sedangkan tingkat kesukaran untuk  perguruan tinggi  adalah sama dengan tinggat kesukaran perguruan tinggi.
    PIPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam  yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karna itu IPS tingkat didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (Knowledge), keterampilan (Skills), sikap dan nilai (Atti tudes and Velues) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah socsial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi  dalam berbagai kegiatan bermasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
    PIPS sebagai kajian akademik disebut juga IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu adalah PIPS sebagai seleksi dan integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial-kultural untuk tujuan pendidikan.
4.PIPS sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu
    Dengan pertimbangan semakin komlpeksnya permasalahan kehidupan berbangsa dan berbegara di indonesia maka pada tahun 1970-an mulai diperkenalkan pendidikan IPS(PIPS) sebagai pendidikan disiplin ilmu. Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdispliner, multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini terlihat dari perkembangan PIPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, linkungan bahkan sistem kepercayaan.
    Pendidikan displin ilmu adalah suatu batang tubuh disiplin (baru) yang menyeleksi konsep, generalisasi dan teori dari struktur disiplin-siplin ilmu (universitas) dan disiplin ilmu pendidikan yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
    Pendidikan disiplin ilmu berbeda dengan kajian disiplin ilmu yang telah banyak dikenal karna kajian pendidikan disiplin ilmu bersifat synthetic, integrated, dan multidimensional sehigga cakupan dan keterkaitan bidang kajian ini sangat luas baik dengan agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat pancasila, sains, teknologi, maupun masalah-masalah sosial dan kealaman.
    Perlu ditekankan bahwa istilah syntactical structure memiliki pengertian yang tumpang tindih dengan istilah metode ilmiah walaupun tidak identik. Apabila metode ilmiah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh ilmuwan untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah maka metode ilmiah mencakup hal-hal yang dilakukan ilmuwan sampai pada kegiatan teknis.istilah syntactical structure memiliki  makna yang khusus terutama dalam tingkatan proses berpikir yang lebih tinggi yang menurut Gardner disebut the modes of thinking and reasoning. Namun apapun istilah yang digunakan dalam proses konseptualisasi ilmiah semuanya merupakan satu tujuan yang saling menunjang dan akan bertemu pada satu tujuan dengan muara mencari kebenaran ilmiah termasuk dalam konteks pendidikan disiplin ilmu.
Landasan Pendidikan IPS
    PIPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogianya memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini diharapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu. Bagaimana dan mengapa struktur disiplin ilmu tersebut dibangun dan dikembangkan serta kemana arah, tujuan, dan sasaran pengembangan dilakukan oleh masyarakat ilmiahnya. Landasan-landasan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu meliputi: landasan filosofis, ideologis, sosiologis, antropologis, kemanusiaan, politis, psikologis, dan religius.
     Landasan filosofis, memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk menentukan apa obyek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu (aspek ontologis); bagaimana cara, proses, atau metode membangun dan mengembangkanPIPS sehingga menentukan pengetahuan manakala dianggap benar, sah, valid, atau terpecaya (aspek epitemologis);apa tujuan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu ini dibangun dan dikembangkan serta digunakan atau apakah menfaat dari PIPS ini (aspek aksiologis). Keberadaan landasan-landa body of knowledge PIPS untuk eksis dan berkembang lebih luas lagi. 
    Landasan ideologis, dmaksudkan sebagai sistem gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab pertanyaan:  (1) bagaimana keterkaitan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS ; dan (2) bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praksis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dalam membangun dan mengembangkan PIPS.
    Landasan sosiologis, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui interaksi sosial yang akan membangun teori-teori atau prinsip-prinsip PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu. Ladasan ini akan dan telah memberikan dasar-dasar sosiologis terhadap pranata dan institusi pendidikan  dalam proses perubahan sosial yang konstruktif. (Dewey, 1964; (Kuhn, 2001)
    Landasan antropologis, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola, sistem dan struktur kebudayaan bahkan denagn pola, sistem dan struktur  perilaku manusia yang kompleks. Landasan ini telah dan akan memberikan dasar-dasar sosial-kultural masyarakat terhadap struktur PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dalam proses perubahan sosial yang konstruktif. (Pai, 1990)
    Landasan kemanusiaan, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan. Landasan ini sangat penting karena pada dasarnya proses pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
    Landasan politis, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan arah dalam landasan ini sangat besar sehingga pendidikan tidak mungkin steril dari campur tangan unsur birokrasi. (Foster, 1985;Freire, 2002).
    Landasan psikologis,  memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas psikologisnya. Hal ini sejalan dengan hakikatnya dari struktur yang dapat di pelajari, dialami, didiversifikasi, diklasifikasi oleh anggota komunitas PIPS berdasarkan kapasitas psikologis dan pengalamannya.
    Landasan religius,  memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar  tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya pendidikan di indonesia. Landasan ini berlaku sejak jaman plato hingga Kant yang kemudian diakomodasi oleh Brameld (1956) melalui karya-karyanya, khusus nya dalam filsafat rekonstruksionisme.
IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial
Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS)
    Istilah “ilmu pengetahuan sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di penguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti  Australia dan Amerika Serikat.
    Namaun, pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti nama mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada yang berarti program pengajaran. Perbadaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.
Ilmu-ilmu Sosial
    Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial (IIS) adalah terjemahan dari social sciences. Di samping ilmu-ilmu sosial terdapat pula ilmu-ilmualam (sciences) dan humanitis/humaniora. Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga bagian disiplin ilmu utama yang meliputi biologi, fisika, dan kimia. Sementara humanitis terdiri, antara lain, sejarah dan sastra. Semua bidang keilmuan dan humanioraini berakar pada suatu bidang yang disebut filsafat. Setiap disiplin ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua disiplin itu berhulu pada ajaran agama.
    Somantri (2001) mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmu-ilmu sosial sebagai berikut:
a.    Berbagai batang tubuh  disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah.
b.    Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.
c.    Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini tersebut juga structure disiplin ilmu, atau ada juga menyebutnya dengan fundamental ideas.
d.    Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah yang dicapai lewat pendekatan “conceptual”  dan “syntactis”, yaitu lewat proses bertany, berhipotesi, pengumpulan data (observasi dan eksperimen)
e.    Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk membantu dan menerangkan masa lalu, masa kini dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran, sikap, dan tindakan terbaik.
Konstribusi ilmu-ilmu sosial dalam pengembangan pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah tidak diragukan lagi sebagaimana pentingnya teori dalam pengembanganilmu-ilmu sosial. Namun, perlu ada klaifikasitentang teori, khususnya teori ilmu sosial dalam konteks PIPS.
Untuk mengenal lebih jauh tentang teori ilmu sosial, maka terlebih dahulu para mahasiswa dianjurkan untuk mengenal disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut. Disiplin ilmu apa saja yang termasuk ilmu-ilmu sosial itu? Sedikitnya ada tujuh disiplin ilmu-ilmu sosial yang kita kenal selama ini menurut tradisi yang telah cukup lama khususnya yang berkembang sejak awal abad ke-20. Disiplin ilmu sosial tersebut dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut.
Antropologi
    Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia. Mereka tertarik dengan kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini. Mereka mengkaji kebudayaan pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari zaman berburu dan zaman pengumpulan makanan sampai zaman bercocok tanam dan zaman industri.
    Para ahli antropologi dapat dibedakan kedalam beberapa spesialisasi. Pertama, ahli antropologi sosial  (antropologi budaya) mempelajari tentang kelompok-kelompok manusia yang ada saat ini yang menggunakan cara hidup (misalnya budaya) tertentu. Kedua, ahli etnografi  adalah seorang ahli antropologi yang punya spesialisasi dalam mengumpulkan informasi tentang segala aspek budaya yang ada melalui kerja lapangan. Ketiga, ahli antropologi bahasa mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan manusia dengan fokus kajian pada penggunaan bahsa dalam konteks sosial. Keempat, ahli antropologi fisik (biologi) menggunakan teknik-teknik ilmu pengetahuan alam dalam studi makhluk hidup maupun yang sudah berupa fosil dan primat binatang seperti monyet atau kera. Kelima, ahli arkeologi menggunakan teknik-teknik penggalian dan analisis ilmiah sisa-sisa fisik makhluk hidup untuk  merekonstruksi cara hidup manusia yang telah musnah. Keenam, ahli primatologi  meliputu ahli antropologi yang mempelajari perilaku kelompok primat bukan makhluk manusia seperti baboon, simpanse, dan gorila.
Ilmu Ekonomi
    Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan menusia yang tidak terbatas. Pentingnya manajemen kelangkaan secara khusus dibagi kedalam dua bagian: analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi . pembahasan ini dimulai dengan menerapkan analisis ilmu ekonomi (ilmu ekonomi positif) bagian yang berkaitan dengan studi kelangkaan yang bersifat ilmiah dan pengalokasian sumber-sumber.
    Ilmu sosial ekonomi bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi dibagi kedalam dua bidang utama: ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ahli ekonomi mikro mengkaji perilaku individu-individu, persoalan rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Para ahli ini tertarik dengan bagaimana harga barang dan pelayanan/jasa itu ditetapkan , bagaimana harga dapat menentukan pola produksi, dan bagaimana pola ini ditentukan oleh pasar dan tindakan pemerintah. Ahli ekonomi makro mengkaji keberfungsian ekonomi secara keseluruhan. Para ahli ini tertarik khususnya degan pengeluaran dan pendapatan ekonomi, tingkat pekerjaan, dan pergeseran-pengeseran dalam tingkat harga rata-rata.
Goegrafi
    Para ahli geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia memengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi ke dalam dua spesialisasi pokok: geografi fisik dan geografi budaya (manusia). Para ahli  geografi fisik mengkaji  aspek-aspek fisik bumi yang meliputi iklim, tanah, sumber-sumber air, penyebaran tanaman dan binatang, dan bentuk-bentuk tanah. Para ahli geografi budaya (ahli kependudukkan-demografer) tertarik dengan penyebaran penduduk pada suatu wilayah tertentu. Mereka bukan hanya tertarik dengan tempat tinggal dimana mereka hidup, namun juga mengapa mereka tinggal disana, yakni faktor-faktor apa yang memengaruhi. Daya tarik utama kedua dari ahli geografi budaya adalah interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya.
    Walaupun geografi fisik lebih tepat digolongkan sebagai ilmu fisika, namun dalam prakteknya sulit untuk memisahkan pengkajian geografi fisik dari geografi budaya. Para siswa tidak dapat belajar bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan fisiknya tanpa belajar dari alam lingkungan. Dengan alasan inilah, pengajaran social studies dalam geografi mencakup kedua bidang spesialisasi tersebut.
    Cabang disiplin geografi lainnya adalah kartografi atau pemetaan. Cabang ini pun biasanya menjadi perhatian dalam kurikulum social studies atau PIPS. Ahli kartografi tertarik dengan pencatatan lokasi penduduk dan tempat-tempat pada permukaan bumi.
Sejarah 
    Seajarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau. Para sejarahwan tertarik dengan semua aspek kegiatan manusia di masa lampau; politik, hukum, meliter, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni, musik, arsitektur islam, literatur), keilmuan dan intelektual.
    Ada perdebatan tentang apakah kajian sejarah ini lebih tepat digolongkan sebagai ilmu sosial atau salah satu sebagian dari humaniora. Masalah ini muncul disebabkan adanya beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh para sejarahwan dalam usaha menggambarkan kehidupan masa lampau secara cermat dan ilmiah. Salah satu keterbatasannya adalah kurangnya catatan-catatan yang lengkap dari peristiwa-peristiwamasa lalu. Masalah ini merupakan keterangan yang sangat penting bagi sejarahwan dalam mengkaji kehidupan manusia pada zaman pra sejarah, yakni manusia yang hidup sebelum di temukannya tulisan. Bahkan apabila ada catatan tertulis, itu pun biasanya terpencar-pencar dan tidak lengkap.
Ilmu Politik
    Pada ilmuwan politik mempelajari kebijakan umum (public policies). Mereka tertarik dengan perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia di dalam masyarakat, khususnya yang tercermin dalam pemerintahan. Pada saat ini, para ilmuwan politik telah memperluas perhatiannya dengan memasukkan hubungan antara kebijakan umum dan masyarakat.
    Bidang khusus ilmu politik meliputi pusat perhatiannya tentang tingkatan pemerintahan (atau organisasi politik lainnya) atau berbagai fungsi pemerintahan. Bidang-bidang perhatian khusus yang didasarkan pada tingkatan pemerintahan meliputi negara dan pemerintahan daerah, pemerintahan pusat (nasional), hubungan internasional (politik internasional). Pada setiap pemerintah, para ilmuwan politik bisa mengkhusus lagi, misalnya, pada satu bentuk pemerintahan nasional, seperti monarkhi, diktator, atau demokrasi.
    Bidang-bidang kajian khusus yang didasarkan pada fungsi-fungsi pemerintahan meliputi proses pelaksanaan badan legislatif (pembuatan undang-undang), sistem peradilan (interpretasi undang-undang), dan proses eksekutif (pelaksanaan undang-undang).
Psikologi
    Para ahli psikologi mempelajari perilaku individu-individu dan kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliputi semua makhluk perilaku; manusia,dan bukan manusia, manusia normal dan abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental, dan cara instink maupun dengan cara dipelajari, secara tradisi, para ahli psikologi talah mempelajari tentang belajar, pertumbuhan dan perkembangan, berfikir, perasaan, perilaku kelompok, perkembangan kepribadian, dan perilaku abnormal.
    Lapangan spesialisasi dalam psikologi meliputi beberapa yang berorientasi ilmu sosial dan lainnya yang lebih menyerupai ilmu alam. Berikut ini adalah beberapa contoh yang termasuk ilmu sosial. Ahli psikologis eksperimen menggunakan pendekatan penelitian eksperimental (atau laboratorium) untuk mempelajari perilaku manusia secara individu.
sosiologi
    ahli psikologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utmanya adalah dalam hubungan sosial manusia perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi. Kelompok-kelompok dapat mencakup kelompok yang terjadi secara ilmiah seperti keluarga, para pekerja dalam organisasi, atau gerakan kerusuhan atau kelompok-kelompokyang dibentuk untuk  tujuan mengadakan penelitian ilmiah “di dalam laboratorium”(seperti kelompok pengambilan keputusan atau pemecahan masalah).

Selasa, 25 September 2012

Manfaat Media Dalam Pembelajaran


Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
    Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
    Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
    Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah
    .Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
    Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.